DAKWAH NABI
MUHAMMAD SAW PERIODE MEKAH
Kompetensi Inti :
Ø Memahami keteladanan Rasulullah dalam membina umat periode Mekah
Kompetensi Dasar :
6.1 Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah SAW periode Mekah
6.2 Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Mekah
DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MEKAH
A.
SEJARAH
DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
1.
Keadaan
Bangsa Arab Sebelum Islam
Islam diturunkan Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW, Islam adalah agama yang membawa pencerahan kepada bangsa Arab yang pada masa itu disebut dengan masa jahiliah,atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Kebodohan yang dimaksud adalah terdapat dalam bidang agama, moral, maupun tatanan hukum,
Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dan ajaran agama Tauhid, yang telah diajarkan oleh para Rasul terdahulu, seperti Nabi Ibrahim A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT) yang jumlahnya mencapai 360 lebih. Di antara berhala-berhala yang termashyur bernama: Latta, Uzza, Manat dan Hubal
Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliah yang menyembah malaikat dan jin. Golongan ini dikenal dengan nama Shobiyah sementara itu ada pula yang tidak mengakui adanya Tuhan, golongan ini dikenal dengan nama Dahriyyun (Atheis). Dalam bidang moral, masyarakat Arab Jahiliah telah menempuh cara-cara yang sesat, seperti:
a. Bila terjadi
peperangan antar kabilah, maka kabilah yang kalah perang
akan dijadikan budak oleh kabilah yang menang perang.
b. Menempatkan perempuan
pada kedudukan rendah. Dalam masyarakat Arab jahiliah perempuan tidak berhak
mewarisi harta peninggalan suaminya, ayahnya, atau anggota keluarga yang lain.
Bahkan seorang wanita (istri) boleh diwarisi oleh anak tirinya atau anggota
keluarga lain dan suaminya yang telah mati.
c. Memiliki kebiasaan
buruk, yakni berjudi dan meminum minuman keras. Kejahiliyahan mereka dalam bidang hukum antara lain, anggapan mereka bahwa
judi, bermabuk-mabukan, berzina, mencuri, merampok, dan membunuh, bukan
merupakan perbuatan yang salah.
Namun perlu diketahui bahwa tidak semua perilaku masyarakat Arab jahiliah itu buruk, tetapi ada pula yang baiknya. Seperti: memiliki keberanian dan kepahlawanan, suka menghormati tamu, murah hati, dan mempunyai harga diri. Juga dalam bidang perdagangan, ada sebagian masyarakat Arab jahiliah yang sudah memiliki kemajuan. Misalnya, para pedagang dari kabilah Quraisy, berdagang pada musim panas ke negeri Syam (sekarang Suriah, Libanon, Palestina, dan Yordania) dan pada musim dingin ke Yaman (lihat Q.S. Quraisy, 106: 1—4). Mereka memperdagangkan bulu domba, unta, kulit binatang, dan tali.
2.
Pengangkatan
Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan
Muhammad sebagai Nabi atau Rasul Allah Swt, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (
Muhammad
diangkat Allah Swt sebagai Nabi atau Rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril pada tanggal 17 Ramadan
اِقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ
الَّذِيْ خَلَقَ
. خَلَقَ اْلاِنْسَنَ
مِنْ عَلَقٍ .
اِقْرَأْوَرَبُّكَ
اْلاَكْرَمُ .
الَّذِىْ عَلَّمَ
بِالْقَلَمِ .
عَلَّمَ اْلاِنْسَنَ
مَالَمْ يَعْلَمْ.
1. bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah,
4. yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Turunnya
ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul
A1-Qur’an. Setibanya di rumah, Nabi Muhammad SAW
menceritakan kepada istrinya, Khadijah, peristiwa yang dialaminya. Sebenarnya
Khadijah mempercayai segala apa yang diceritakan suaminya, tetapi ia ingin
mengetahui bagaimana pendapat Waraqah bin Naufal, saudara sepupunya terhadap peristiwa yang dialami suaminya. Waraqah adalah seorang
pemikir yang telah berusia lanjut, beragama Nasrani, yang telah menyalin kitab
Injil dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Arab.
Setelah
Waraqah bin Naufal mengetahui semua peristiwa yang dialami oleh Nabi Muhammad
SAW, ia berkata, “Itu adalah Namus (Jibril) yang pernah datang kepada Nabi Isa.
Alangkah baiknya kalau aku masih muda dan masih hidup sewaktu kamu diusir oleh
kaummu.” Nabi Muhammad SAW berkata, “Apakah kaumku akan mengusirku?” Jawab
Waraqah, “Ya, tidak seorangpun datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa
(ajaran Islam), yang tidak dimusuhi. Jika sekiranya aku masih hidup pada masa
itu, tentu aku akan menolongmu dengan sekuat tenagaku.” (H.R. Ahmad, Al-Bukhari
dan Muslim).
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5)
turun pula Surah Al-Muddassir: 1—7:
يَاَيُّهَا
اْلمُدَثِّرْ
. قُمْ فَاَنْذِرْ
. وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
. وَثِيَا بَكَ
فَطَهِّرْ . وَالرُجْزَ
فَاهْجُرْ . وَلَاتَمْنُنْ
تَسْتَكْثِرْ.
وَلِرَبِّكَ
فَاصْبِرْ
1. Hai orang yang berkemul (berselimut),
2. bangunlah,
lalu berilah peringatan!
3. dan
Tuhanmu agungkanlah!
4. dan pakaianmu bersihkanlah,
5. dan perbuatan dosa
tinggalkanlah,
6. dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7. dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi
Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu,
tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun
(610—622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu
berupa A1-Qur’an sebanyak 4.726 ayat, yang meliputi 89 surah.
Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
Materi
dakwah Rasulullah SAW di awal kenabiannya berupa ajaran Islam, yang terkandung
dalam 89 Surah Makkiyyah dan hadis yakni wahyu Allah SAW yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, tetapi tidak tertulis dalam lembaran Al-Qur’an.
3.
Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut :
a.
Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa. Allah Swt.ad tempat bergantung segala apa saja dan makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanlah akkan, serta tidak ada selain Allah Swt, yang menyamai-Nya ( baca dan pelajari QS. A1-Ikhlãs, 112: 1-4). Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah SWT. Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT, termasuk ke dalam perilaku syirik, yang hukumnya haram, dan merupakan dosa yang paling besar (lihat Q.S An-Nisã’, 4: 48).
b.
Hari Kiamat sebagai hari
pembalasan
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir kehidupan, tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kuhur dan di alam akhirat.
Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan senantiasa berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. Di alam kubur akan memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam akhirat akan ditempatkan di surga yang penuh dengan hal-hal yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa kubur dan dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan. (Baca dan pelajari Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11 )
c.
Kesucian jiwa
`Islam menyerukan
umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya dan melarang keras
mengotorinya. Seseorang
dianggap suci jiwanya apabila selama hayat di kandung badan senantiasa beriman
dan bertakwa kepada Allah Swt. atau
meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya apabila
durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa. Sungguh
beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah ruginya orang yang mengotori
jiwanya.
d.
Persaudaraan dan Persatuan
Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan persaudaraan landasan bagi terwujudnya persatuan. Islam mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah bersaudara. Mereka dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi, di bawah naungan ridha Ilahi. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang Muslim di antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya, seperti rnencintai dirinya.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).
Selain itu
sesama umat Islam, hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan,
jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan. Jangan saling
menganiaya dan jangan pula membiarkan saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan
pertolongan. Sedangkan umat Islam yang mampu disuruh untuk memberikan
pertolongan kepada saudaranya yang dhu’afa, yakni para fakir miskin dan
anak-anak yatim telantar (baca dan pelajari Q.S. Al-Mã’un, 107: 1-7).
B.
STRATEGI
DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
Tujuan
dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliahannya di bidang agama, moral, dan hukum. Sehingga
menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad Saw. dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat Arab telah mengamalkan seluruh ajaran
Islam dengan niat ikhlas karena Allah Swt. dan sesuai dengan
petunjuk-petunjuk Rasulullah Saw, tentu mereka akan memperoleh
keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Strategi
dakwah Rasulullah Saw. dalam berusaha mencapai tujuan yang
luhur tersebut
sebagai berikut:
1. Dakwah secara
Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Cara ini
ditempuh oleh Rasulullah Saw. karena beliau
begitu yakin, bahwa masyarakat Arab jahiliah masih sangat kuat mempertahankan
kepercayaan dan tradisi warisan leluhur mereka. Sehingga mereka bersedia
berperang dan rela mati dalam mempertahankannya. Pada masa dakwah secara
sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah Saw. menyeru untuk
masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan
kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan
dakwah Rasulullah Saw. tersebut adalah
:
1)
Khadijah
binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian)
2)
Ali bin Abu
Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya, waktu
masuk Islam ia baru berusia 10 tahun)
3) Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah
SAW)
4) Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah
SAW)
Sesuai
dengan ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban Rasulullah SAW,
tetapi juga kewajiban para pengikutnya (umat Islam). Maka Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang saudagar kaya, yang dihormati dan
disegani banyak orang karena budi bahasanya yang halus, ilmu
pengetahuannya yang luas, dan pandai bergaul telah mengikuti jejak Rasulullah Saw, yakni berdakwah
secara sembunyi-sembunyi.
Usaha dak’wah Abu Bakar
Ash-Shiddiq berhasil, karena ahirnya beberapa orang
kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah :
- Utsman bin Affan.
- Zubair bin Awam.
- Abdurrahman bin Auf,
- Abu Ubaidah bin
Jarrad dari Bani Haris.
- Sa’ad bin Abu Waqqas.
- Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2.
Dakwah
Secara terang-terangan
Dakwah secara
terang-terangan dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya
wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut terdapat dalam QS.Al Hijr (15:94)
فَاصْدَعْ
بِمَا تُؤْمَرُوَاَعْرِضْ
عَنِ اْلمُشْرِكِيْنَ
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebagai berikut :
a. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak mereka agar masuk Islam. Tetapi karena cahaya hidayah Allah SWT waktu itu belum menyinari hati mereka, mereka belum menerima Islam sebagai agama mereka. Namun ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sebenarnya sudah masuk Islam, tetapi merahasiakan keislamannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
b. Rasulullah SAW mengumpulkan penduduk Mekah, terutama yang bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa, yang letaknya tidak jauh dan Ka’bah. Rasulullah Saw memberi peringatan kepada semua yang hadir agar segera meninggalkan penyembahan terhadap berhala dan hanya menyembah atau menghambakan diri kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Rasulullah Saw. juga menegaskan bahwa jika peringatan yang disampaikannya itu dilaksanakan tentu akan meraih ridha Ilahi dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tetapi apabila peringatan itu diabaikan tentu akan mendapat murka Allah Swt, sengsara di dunia dan di akhirat.
Menanggapi dakwah Rasulullah Saw tersebut, di antara yang
hadir ada kelompok yang menolak disertai teriakan dan ejekan, ada kelompok yang
diam saja lalu pulang. Bahkan Abu Lahab, bukan hanya mengejek tetapi
berteriak-teriak seraya mengatakan bahwa
Muhammad orang gila, lalu ia berkata “Celakalah engkau Muhammad, untuk inikah engkau
mengumpulkan kami?” Sebagai balasan terhadap kutukan Abu Lahab itu turunlah
ayat Al- Qur’an yang berisi kutukan Allah SWT terhadap Abu Lahab, yakni Surat
Al-Lahab, (111: 1-5)
Pada periode dakwah
secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dua orang
kuat dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib (paman
Nabi Saw.) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada
tahun ke-6 dari kenabian sedangkan Umar bin Khattab (581-
c. Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain :
- Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dan kaum Giffar, yang bertempat tinggal di sebelah barat laut Mekah atau tidak jauh dari laut Merah, menyatakan diri di hadapan Rasulullah Saw. masuk Islam. Keislamannya itu kemudian diikuti oleh kaumnya.
- Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus yang bertempat tinggal di wilayah barat kota Mekah, menyatakan diri masuk Islam di hadapan Rasulullah Saw. Keislamannya itu diikuti oleh bapak, istri, keluarganya, serta kaumnya.
-
Dakwah
Rasulullah Saw terhadap penduduk Yatsrib ( Madinah ), yang datang ke Mekah
untuk berziarah nampak berhasil. Berkat cahaya hidayah Allah Swt., para penduduk
Yatsrib, secara bergelombang telah masuk Islam di hadapan Rasulullah Saw. Gelombang pertama
tahun
Pada gelombang ketiga ini telah datang ke Mekah untuk berziarah dan menemui Rasulullah Saw., umat Islam penduduk Yatsrib yang jumlahnya mencapai 73 orang di antaranya 2 orang wanita. Waktu itu ikut pula berziarah ke Mekah, orang-orang Yatsrib yang belum masuk Islam. Di antaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah, yang kemudian menyatakan diri masuk Islam di hadapan Rasulullah Saw.
Pertemuan umat
Islam Yatsrib dengan Rasulullah Saw.
pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan
menghasilkan perjanjian Bai’atul
Aqabah. Isi perjanjian Bai’atul
Aqabah adalah merupakan pernyataan
umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah Saw., walaupun untuk itu mereka harus
mengorbankan tenaga, harta, bahkan jiwa. Selain itu, mereka memohon kepada
Rasulullah Saw. dan para
pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
Setelah
terjadinya peristiwa Bai’atul Aqabah , kemudian Rasulullah Saw. menyuruh para sahabatnya yakni orang-orang Islam yang bertempat tinggal di
Mekah, untuk segera berhijrah ke Yatsrib. Para sahabat Nabi Saw. melaksanakan perintah Rasulullah Saw. tersebut. Mereka berhijrah ke Yatsrib secara diam-diam dan sedikit demi
sedikit, sehingga dalam waktu dua bulan
sebanyak 150 orang umat Islam penduduk Mekah telah berhijrah ke Yatsrib,sedangkan Nabi Muhammad Saw., Abu Bakar Ash-Shiddiq RA., dan Ali bin. Abu Thalib masih tetap tinggal di Mekah, menunggu perintah
dari Allah Swt. untuk berhijrah.
Setelah
datang perintah dari Allah Swt, kemudian Rasulullah Saw. berhijrah bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq RA., meninggalkan kota
Mekah tempat kelahirannya menuju Yatsrib. Peristiwa hijrah Rasulullah Saw. ini terjadi pada awal bulan Rabiul Awal tahun pertama hijrh (
3. Reaksi Kaum Kafir
Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah
Kaum kafir
Quraisy menolak dakwah Rasulullah Saw, setelah berdakwah itu dilakukan secara
terang-terangan, yakni semenjak tahun ke-4 kenabian.
Prof. Dr. A. Shalaby dalam
bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan Sebab-sebab kaum kafir Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni :
a. Rasulullah Saw. mengajarkan tentang adanya persamaan hak dan kedudukan antara semua orang.
Mulia tidaknya seseorang tergantung ketaqwaannya kepada Allah Swt. Orang miskin yang bertakwa, di hadapan Allah Swt lebih mulia daripada orang kaya yang durhaka kepada Allah Swt.( lihat Q.S. Al Hujurãt, 49: 13
Kaum kafir Quraisy, terutama
para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak ini. Mereka
mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka ingin
mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah Saw. (Islam) melarangnya.
b. Islam mengajarkan adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur
dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa maka di alam
kuburnya akan memperoleh kenikmatan dan di alam akhiratnya akan masuk surga.
Sedangkan manusia yang ketika di dunianya durhaka dan banyak berbuat jahat,
maka di alam kuburnya akan disiksa. Dan di alam akhiratnya akan masuk neraka.
Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam tersebut, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
c. Kaum kafir Quraisy menolak ajaran Islam karena
mereka merasa berat meninggalkan agama dan tradisi hidup bermasyarakat warisan
leluhur mereka. Mereka berkata, “Cukuplah bagi kami apa yang telah kami terima
dari nenek moyang kami.” ( Q.S. AI-Mã’idah, 5: 104)
“Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah
mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab:
"Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk?”.
d. Islam melarang menyembah berhala, memperjualbelikan berhala-berhala, dan melarang penduduk Mekah dan luar Mekah berziarah memuja berhala, padahal itu semua mendatangkan keuntungan di bidang ekonomi terhadap kaum kafir Quraisy. Oleh karena itulah, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah Saw. Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah Saw bermacam-macam antara lain
-
Para budak
yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais An-Nahdiyah, dan anaknya Al-Muammil dan Az-Zanirah,
disiksa oleb para pemiliknya atau tuannya di luar batas perikemanusiaan.
Bahkan, Az-Zanirah disiksa hingga mengalami kebutaan
dan Ummu Amr binti Yasir, budak milik Bani Makhzum disiksa oleh tuannya sampai
mati. Abu Bakar Ash-Shiddiq RA., tidak tega melihat
saudara-saudaranya seiman disiksa seperti itu, lalu beliau memerdekakan
beberapa orang dari mereka termasuk Bilal, dengan cara memberikan sejumlah uang
tebusan kepada tuannya.
-
Setiap keluarga dari kalangan kaum kafir Quraisy diharuskan menyiksa
anggota keluarganya yang telah masuk Islam, sehingga ia kembali menganut agama
keluarganya (agama Watsani).
- Nabi Muhammad Saw sendiri dilempari kotoran oleh Ummu Jamil (istri Abu Lahab) dan dilempari isi perut kambing oleh Abu Jahal. Nama asli Abu Jahal adalah Amr Abu al-Hakam yang artinya Amr, bapak juru damai. Umat Islam mengganti nama itu menjadi Abu Jahal yang artinya bapak kebodohan.
-
Kaum kafir
Quraisy meminta Abu Thalib, paman dan pelindung Rasulullah Saw, agar Rasulullah Saw menghentikan dakwahnya.
Namun tatkala Abu Thalib menyampaikan keinginan kaum kafir Quraisy tersebut
Rasulullah Saw. bersabda : “Wahai pamanku demi Allah,
biarpun mereka meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan
kiriku, aku tidak akan menghentikan dakwah agama Allah ini hingga aku menang,
atau aku binasa karenanya.”
- Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad Saw. agar permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kaum kafir Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap berhala. Usul tersebut ditolak oleh Nabi Saw., karena menurut ajaran Islam mencampuradukkan akidah dan ibadah Islam dengan akidah dan ibadah bukan Islam, termasuk perbuatan haram dan merupakan dosa besar Menghadapi tantangan dan kekerasan kaum kafir Quraisy terhadap orang-orang Islam, selain Nabi Saw. bersabar, bertawakal dan berdoa, beliau menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu suka memberikan jaminan keamanan kepada orang-orang yang meminta perlindungan kepadanya. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615M.
Suatu saat keenam belas orang yang hijrah ke Habasyah ini kembali ke Mekah, karena mereka menduga Mekah keadaannya sudah normal, dengan masuk Islamnya seorang bangsawan Quraisy yang gagah berani yakni Umar bin Khattab.
Namun dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal, pimpinan kaum kafir Quraisy memerintahkan agar setiap keluarga dan kabilah Quraisy meningkatkan tekanan dan siksaannya terhadap anggota keluarganya yang masuk Islam.
Menghadapi situasi yang demikian, akhirnya Rasulullah Saw. menyuruh para sahabatnya untuk yang kedua kalinya agar kembali hijrah ke Habasyah. Jumlah para sahabat yang berhijrah pada saat itu sebanyak 83 orang laki-laki dan 18 orang wanita, di bawah pimpinan Ja’far bin Abu Thalib. Di negeri Habasyah ini selain memperoleh jaminan keamanan dan Raja Negus, para sahabat Nabi Saw. juga memiliki kebebasan untuk melaksanakan peribadahan sesuai dengan ajaran Islam.
Pada tahun ke-10
dari kenabian (
Wafatnya Abu Thalib sebagai pemimpin Bani Hasyim, menyebabkan Abu Lahab seorang kafir yang sangat keras dalam memusuhi Nabi Saw., menggantikan kedudukan Abu Thalib sebagai pemimpin. Semenjak itu Rasulullah Saw. tidak lagi memperoleh perlindungan dari kaum kerabatnya yakni Bani Hasyim.
Allah Swt. senantiasa melindungi
Nabi Muhammad Saw. dari berbagai malapetaka. Tidak lama
setelah Bani Hasyim dipimpin Abu Lahab, Mut’im bin Adi
pemimpin kaum Naufal menyatakan perlindungannya terhadap Nabi Saw. Bahkan menjelang
peristiwa hijrah tahun
KISAH TELADAN
Dakwah Rasulullah SAW
Ke Thaif
Setelah Abu Thalib
( Paman Rasulullah Saw. ) dan Khadijah (Istri Rasulullah Saw.) wafat, tepatnya
tahun ke-10 dari kenabian (
Maksud Rasulullah
Saw. berkunjung ke Thaif adalah untuk
menyeru para pemimpin Bani Sakif dan kaumnya agar masuk Islam dan memberikan
perlindungan kepada Nabi Saw. dan umat Islam, dari tekanan dan kekerasan kaum
kafir Quraisy.
Rasulullah Saw. menemui tiga orang bersaudara pemimpin Bani Sakif, yakni Abdul Jalil, Mas’ud, dan Habib, yang ketiga-tiganya putra dan ‘Amru bin Umair. Beliau menjelaskan maksud kunjungannya, seperti tersebut di atas kepada tiga pemimpin Bani Sakif itu. Namun mereka bertiga bukan hanya menolak seruan dakwah Rasulullah Saw., tetapi secara diam-diam menyuruh anak-anak dan para budak agar berteriak mengusir Nabi Muhammad Saw. dan Zaid bin Haritsah supaya segera meniriggalkan kota Thaif. Selain itu mereka mengejek, mengolok-olok, dan melempari Rasulullah Saw. dengan batu sehingga kakinya berdarah.
Menanggapi sikap keras pemimpin-pemimpin dan kaum Bani Sakif seperti itu, Rasulullah Saw. tidak menaruh rasa dendam sedikit pun. Bahkan beliau berdoa, “Ya Allah berilah mereka petunjuk, karena mereka termasuk orang-orang yang belum paham.”
No comments:
Post a Comment
"tanda-tanda manusia berakhlak baik adalah dengan berkata santun"