AYAT-AYAT AL-QURAN TENTANG KONTROL
DIRI, PRASANGKA BAIK DAN PERSAUDARAAN
KompetensiDasar :
1.1
Membaca berdasarkan kaidah tajwid QS. Al Anfal (8): 72); QS. Al
Hujurat (49):12; dan QS Al Hujurat (49):10
1.2
Menerjemahkan dengan tepat QS. Al Anfal (8): 72); QS. Al Hujurat
(49):12; dan QS Al Hujurat (49):10
1.3
Menjelaskan kandungan QS. Al Anfal (8): 72); QS. Al Hujurat
(49):12; dan QS Al Hujurat (49):10, serta Hadits tentang kontrol diri (mujahadah
an nafs), prasangka baik (husnuzhon),
dan persaudaraan (ukhuwah).
1.4
Menampilkan perilaku yang
mencerminkan kandungan QS. Al Anfal (8):
72); QS. Al Hujurat (49):12; dan QS Al Hujurat (49):10 tentang kontrol diri (mujahadah
an nafs), prasangka baik (husnuzhon),
dan persaudaraan (ukhuwah) serta Hadits yang terkait.
Pendahuluan
Manusia diciptakan sebagai mahluk
sosial. Setiap saat dan setiap waktu kita sebagai manusia berinteraksi dengan
manusia lain, baik secara langsung, ataupun tidak langsung seperti lewat SMS,
telepon, situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter, bahkan lewat
tayangan video dan televisi.
Interaksi sosial seseorang dengan
individu lain menjadi sangat penting. Hal ini menjadi suatu alasan yang
menyebabkan emosi seseorang juga mengalami perubahan. Bisa jadi interaksi
dengan orang lain berdampak pada kebahagiaan atau sebaliknya malah menjadi
kesal dan marah. Berbagai aktivitas yang di lakukan manusia cenderung membuat
labil nya tingkat emosi seseorang.
Allah SWT ciptakan pada diri kita
akal, nurani, dan hawa nafsu. Akal mengajak kita berfikir rasional, nurani
mengajak kita untuk melakukan perbuatan baik, seedangkan hawa nafsu selalu
mengajak manusia melakukan perbuatan buruk dan melanggar hukum Allah SWT. Oleh
karena itu kita harus mengendalikan hawa nafsu melalui kekuatan nurani dan
akal. Jika hawa nafsu tidak dikendalikan maka diri kitalah yang akan
dikendalikan. Lalu apa yang akan terjadi jika diri kita dikendalikan oleh hawa
nafsu? Kita akan hidup sengsara dan jauh dari rahmat Allah SWT.
Wahai pemuda muslim yang cerdas,
tahukah kalian bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan
orang lain. Interaksi sosial diantara sesama manusia akan berjalan baik dan
harmonis jika dilandasi nilai-nilai Islam. Diantaranya dengan selalu
berprasangka baik kepada orang lain, saling membantu dan menjaga hubungan
persaudaraan. Banyak konflik terjadi ditengah-tengah masyarakat karena dipicu
oleh sikap saling curiga. Apakah kalian pernah memiliki sifat saling curiga?
Sikap ini hanya akan membuat hidup kita tidak tenang, mudah marah dan
tersinggung. Pada dasarnya setiap orang ingin dihormati dan perlakukan secara
baik. Oleh karena itu kita harus berprasangka baik dan menjaga keharmonisan
hubungan dengan orang lain.
Bacalah ayat-ayat berikut dengan tartil dan
renungkanlah maknanya serta perhatikan adab dan sopan santun membaca Al Qur’an.
QS. Al Anfal (8): 72
Artinya : Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya
pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain
lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum
berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka,
sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan
kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan
kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
arti lafad surat Al Anfal ayat 72
Kandungan QS. Al
Anfal (8): 72
QS Al-Anfal(8) ayat 72 mengandung pesan-pesan yang mulia, yaitu :
1.
Pada
peristiwa hijrah, ada tiga golongan yang disebutkan QS Al-Anfal(8) ayat 72,
yaitu:
a)
Kaum
Muhajirin
dan berjuang membela agama Islam dan bersedia berkorban dengan
harta dan jiwa. Oleh sebab itu mereka mendapat tempat istimewa disisi Allah SWT
dan mendapat tiga sebutan, pertama "beriman", kedua "berhijrah",
dan ketiga "berjuang dengan harta dan jiwa di jalan Allah".
b)
Kaum
Anshar
Kaum Anshar adalah orang-orang Madinah yang beriman kepada Allah
SWT, berjanji kepada Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin untuk bersama-sama
berjuang di jalan Allah. Mereka bersedia menolong, dan berkorban dengan harta
dan jiwanya demi keberhasilan perjuangan Islam. Allah memberikan dua sebutan
mulia kepada mereka, pertama "pemberi tempat kediaman" dan kedua
"penolong dan pembantu".
c)
Kaum
Muslimin yang tidak berhijrah ke Madinah.
Mereka tetap tinggal di Mekah yang dikuasai oleh kaum musyrikin.
Mereka tidak dapat disamakan dengan kaum Muhajirin dan Anshar karena mereka
tidak berada dalam lingkungan masyarakat Islam, tetapi hidup di lingkungan
orang-orang musyrik. Oleh karena itu hubungan antara mereka dengan kaum
muslimin di Madinah tidak dapat disamakan dengan hubungan antara Muhajirin dan
Anshar dalam masyarakat Islam. Hubungan antara sesama mukmin di Madinah sangat
erat bahkan seperti saudara satu keturunan yang tidak lagi membedakan hak dan kewajiban.
Hubungan antara mereka dengan mukmin di madinah hanya diikat atas dasar
keimanan saja.
2.
Antara Muhajirin dan Anshor saling melindungi, hidup berdampingan dan
saling tolong menolong.
3.
Muhajirin
dan Anshor melakukan jihad dengan harta dan jiwanya atas dorongan keimanan
kepada Allah SWT.
4.
Allah
SWT Maha Melihat dan Mengetahui apa yang dilakukan oleh hamba-Nya.
QS Al-Anfal (8) ayat 72 menjelaskan bahwa Kaum Muhajirin dan
Anshar telah memberikan teladan dalam mujahadah an-nafs. Secara bahasa mujahadah
artinya bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs artinya jiwa, nafsu,
diri. Jadi mujahadah an-nafs artinya perjuangan sungguh-sungguh melawan
hawa nafsu atau bersungguh-sungguh menghindari perbuatan yang melanggar
hukum-hukum Allah SWT. Dalam bahasa Indonesia mujahadah an-nafs disebut
dengan kontrol diri. Kontrol diri merupakan salah satu perilaku terpuji yang
harus dimiliki setiap muslim.
Menurut Al-Qur’an nafsu dibagi menjadi tiga, yaitu :
a)
Nafsu
Ammarah, yaitu nafsu yang mendorong manusia kepada keburukan (QS Yusuf [12]
ayat 53)
b)
Nafsu
Lawwamah, yaitu nafsu yang menyesali setiap perbuatan buruk (QS Al-Qiyamah [75]
ayat 2)
c)
Nafsu
Muthmainnah, yaitu nafsu yang tenang (QS Al-Fajr [89] ayat 27-30)
Dari ketiga nafsu yang
disebutkan Al-Qur’an diatas, kita tahu bahwa nafsu Ammarah mendorong manusia
untuk berbuat maksiat. Kemaksiatan akan menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT
serta akan menimbulkan kegelisahan dalam hati. Oleh karena itu Islam
mengajarkan mujahadah an-nafs supaya hidup kita bahagia dunia dan
akhirat.
Hawa nafsu memiliki
kecenderungan untuk mencari berbagai macam kesenangan dengan tidak mempedulikan
aturan agama. Jika kita menuruti hawa nafsu maka sesungguhnya hati kita telah
tertawan dan diperbudak oleh hawa nafsu itu. Nabi Muhammad SAW menyebut jihad
melawan hawa nafsu sebagai jihad besar (jihadul akbar), sedangkan jihad
memerangi orang kafir sebagai jihad kecil (jihadul asghar). Mengapa
demikian ?. hal ini dikarenakan jihad melawan nafsu berarti jihad melawan hal –
hal yang menyenangkan, digemari, dan disukai. Sedangkan jihad melawan orang
kafir berarti jihad melawan musuh yang kita benci. Bukankah menghindari sesuatu
yang kita senangi jauh lebih berat daripada menghindari sesuatu yang kita benci
?.
Manfaat dan Hikmah Kontrol Diri
Seseorang yang melakukan kontrol diri (mujahadah an-nafs) akan
memperoleh manfaat dan hikmah sebagai berikut :
1) Hati semakin bersih dan tenang
2) Memperoleh kebahagiaan lahir dan batin
3) Diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam mengerjakan amal shaleh
4) Dijauhkan dari sifat-sifat tercela, seperti iri, dengki dan
sombong
5) Dicintai Allah SWT dan sesama manusia
6) Mendapatkan hidayah yang sempurna dari Allah SWT
7) Mendapatkan ridha dari Allah SWT
QS. Al Hujurat
(49):12
Terjemahan:Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang.
Penjelasan arti lafad QS. Al
Hujurat (49): 12
Kandungan QS. Al Hujurat (49): 12
1.
Menggambarkan betapa buruknya menggunjing.
2.
Ayat ini mencerminkan apa yang pada hakekatnya
tidak disenangi.
3.
Ayat ini juga mempertanyakan kepada setiap
orang “sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya sendiri.
4.
Ayat ini juga menegaskan bahwa saudara
itu dalam keadaan mati yakni tidak bisa membela diri.
5.
Allah swt. Melarang hamba-hambanya
yang beriman berprasangka buruk pada keluarganya dan terhadap orang lain. Karena
sebagian prasangka itu merupakan perbuatan yang mengakibatkan dosa dan
6.
Dan janganlah kamu mencari – cari kesalahan
orang lain, Allah memperumpamakan orang yang menggungjing selain saudaranya
yang mukmin seperti orang yang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Tentu
tak seoorangpun diantara kamu suka berbuat demikian maka bertaqwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Penyayang.
Diriwayatkan
oleh malik dari Abu Hurairah RA, bahwa rasulullah SAW bersabda
اياكم والظن فان
الظن الحديث ولا تجسسوا ولا نتافسوا ولاتحاسدوا ولا تباعضوا ولا تدابروا وكونوا
عبادالله اخونا( متفق عليه )
Artinya:
Jauhilahprasangkakarenaprasangkaituadalahcerita
yang paling dusta, danjanganlahkamusalingmemaki, salingmencarikesalahan,
salingmembanggakan, salingberiri,salingmembenci, danjadilahkamuhamba – hamba
Allah yang bersaudara .
QS. Al Hujurat (49):10
Terjemahan:Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat.
Penjelasan makna perlafad QS. Al
Hujurat (49): 10
Kandungan QS. Al Hujurat (49): 10
Sesungguhnya
orang-orang mukmin yang mantap imannya serta dihimpun oleh keimanan, kendati
tidak seketurunan adalah bagaikan bersaudara seketurunan, dengan demikian
mereka memiliki keterikatan bersama dalam iman dan juga keterikatan bagaikan
seketurunan; karena itu wahai orang-orang beriman yang tidak terlibat langsung
dalam pertikaian antar kelompok-kelompok damaikanlah walau pertikaian itu hanya
terjadi antara kedua saudara kamu apalagi jika jumlah yang bertikai lebih dari
dua orang dan bertakwalah kepada Allah yakni jagalah diri kamu agar tidak
ditimpa bencana, baik akibat pertikaian itu maupun selainnya supaya kamu
mendapat rahmat antara lainrahmatpersatuan dan kesatuan.
Kata
(إنما)
digunakan untuk membatasi sesuatu. Di sini kaum beriman dibatasi hakikat
hubungan mereka dengan persaudaraan. Seakan-akan tidak ada jalinan hubungan
antar mereka kecuali persaudaraan itu.
Kata
(إخواة)
adalah bentuk jamak dari kata (أخ), yang dalam kamus-kamus bahasa seringkali diterjemahkan saudara atau sahabat. Kata ini pada mulanya berarti yang sama.
Persamaan dalam garis keturunan mengakibatkan persaudaraan, demikian juga
persamaan dalam sifat atau bentuk apapun. Ada juga persaudaraan karena
persamaan kemakhlukan, seperti Nabi Muhammad saw. menamakan jin adalah
saudara-saudara manusia.
Ayat
di atas mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa persatuan dan kesatuan, serta
hubungan harmonis antar anggota masyarakat kecil atau besar, akan melahirkan
limpahan rahmat bagi mereka semua. Sebaliknya, perpecahan dan keretakan
hubungan mengundang lahirnya bencana buat mereka, yang pada puncaknya dapat
melahirkan pertumpahan darah dan perang saudara sebagaimana dipahami dari kata
qital yang puncaknya adalah peperangan.
RangkumanMateriAlquran
QS.
Al Anfal (8): 72); QS. Al Hujurat (49):12; dan QS Al Hujurat (49):10
1. QS. Al Anfal (8): 72
Tiga golongan dalam umat islam antara
lain : Golongan Muhajirin, Golongan Anshor
dan golongan kaum muslimin yang tidak berhijrah ke Madinah.
2. QS. Al Hujurat (49):12
Allah
SWT. Melarang hamba-hambanya yang beriman berprasangka buruk pada keluarganya
dan terhadap orang lain. karena sebagian prasangka itu merupakan perbuatan yang
mengakibatkan dosa dan janganlah kamu mencari – cari kesalahan orang lain Allah
memperumpamakan orang yang menggungjing selain saudaranya yang mukmin seperti
orang yang memakan daging saudaranya yang mati.
3. QS Al Hujurat (49):10
Persatuan dan kesatuan, serta hubungan
harmonis antar anggota masyarakat kecil atau besar, akan melahirkan limpahan
rahmat bagi mereka semua. Sebaliknya, perpecahan dan keretakan hubungan
mengundang lahirnya bencana buat mereka, yang pada puncaknya dapat melahirkan
pertumpahan darah dan perang saudara sebagaimana dipahami dari kata qital yang
puncaknya adalah peperangan.
sangat bermanfaat, terima kasih.
ReplyDelete