Laman

Monday 3 January 2022

Toleransi Sebagai Alat Pemersatu Bangsa

Peta Konsep



Membuka Relung Hati

Salah satu agenda besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah menjaga persatuan dan ke­ satuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tantangan untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa tersebut salah satunya adalah masalah kerukunan umat beragama dan kerukunan bangsa. Kerukunan intern beragama, kerukunan antar­ umat beragama, dan kerukunan antarumat beragama dengan pe­ merintah. Kerukunan itu bukan ba­ rang gratis. Ada penggalan sejarah kelam di mana kerukunan pernah terkoyak di negeri ini.

Bukan hanya harta benda yang hilang atau terbakar, tetapi banyak nyawa manusia tak bersalah juga ikut menjadi korban. Kita sebagai masyarakat harus berperan serta secara aktif dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara. Kita juga harus menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, berpartisipasi dalam menjaga kerukunan, di mana saja kita berada dan kapan saja waktunya.


Artinya:
“Dari Anas ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Demi (Allah) yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga dia mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari Muslim)

Melalui hadis di atas, Rasulullah saw. mengajak kepada umat Islam untuk saling menghargai, saling menghormati, dan saling mencintai di antara sesama.

Memperkaya Khazanah

A.            Pentingnya Perilaku Toleransi

Toleransi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dalam berkata­kata maupun dalam bertingkah laku. Dalam hal ini, toleransi berarti menghormati  dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan  di antara kita sehingga tercapai kesamaan sikap. Toleransi merupakan awal dari sikap menerima bahwa perbedaan bukanlah suatu hal yang salah, justru perbedaan harus dihargai dan dimengerti sebagai kekayaan. Misalnya, perbedaan ras, suku, agama, adat istiadat, cara pandang, perilaku, pendapat. Dengan perbedaan tersebut, diharapkan manusia dapat mempunyai sikap toleransi terhadap segala perbedaan yang ada, dan berusaha hidup rukun, baik individu dan individu, individu dan kelompok masyarakat, serta kelompok masyarakat dan kelompok masyarakat yang lainnya.

Terkait pentingnya toleransi, Allah Swt. menegaskan dalam firman­ Nya sebagai berikut.


Arti Ayat:

“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (al- Qur’an), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Yunus/10: 40)


“Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Yunus/10: 41)

Penerapan Hukum Tajwid




Arti Kata (Mufrodat) :

dan di antara mereka

وَ مِنْهُمْ

orang yang beriman

مَنْ يُؤْمِنُ

dengannyakepadanya

بِهِ

dan di antara mereka

وَ مِنْهُمْ

orang yang tidak beriman

مَنْ لَا يُؤْمِنُ

dengannyakepadanya

بِهِ

dan Tuhanmu lebih mengetahui

وَ رَبُّكَ أَعْلَمُ

dengan orang-orang yang berbuat kerusakan

بِالْمُفْسِدِيْنَ

dan jika mereka mendustakanmu

وَ إِنْ كَذَّبُوْكَ

maka katakanlah

فَقُلْ

bagiku

لِيْ

pekerjaankuamalku

عَمَلِيْ

dan bagi kalian

وَ لَكُمْ

pekerjaan kalian, amal kalian

عَمَلُكُمْ

kalian

أَنْتُمْ

berlepas diri

بَرِيْئُوْنَ

dari apa yang

مِمَّا

aku kerjakan

أَعْمَلُ

dan

وَ

aku

أَنَا

berlepas diri

بَرِيءٌ

dari apa yang

مِمَّا

kalian kerjakan

تَعْمَلُونَ


Isi Kandungan Surat Yunus Ayat 40-41

Berikut ini isi kandungan surat Yunus Ayat 40-41 yang dapat  di ambil yaitu :
  1. Dalam mengimani Al-Qur’an, manusia terbagi menjadi dua golongan. Ada yang beriman dan ada yang tidak beriman.
  2. Allah Maha Mengetahui siapa yang berbuat kerusakan. Yakni orang-orang yang tidak beriman.
  3. Allah memerintahkan Rasulullah dan kaum muslimin agar menjauhi orang yang mendustakan Al-Qur’an dan menjauhi perbuatan mereka.
  4. Allah memerintahkan Rasulullah dan kaum muslimin untuk berlepas diri dari perbuatan orang-orang yang tidak beriman.
  5. Setiap amal akan ada konsekuensi dan balasannya. Amal baik membawa ke surga, amal buruk menyeret ke neraka.
  6. Surat Yunus ayat 40-41 ini merupakan pengarahan dari Allah untuk menghadapi orang yang tidak beriman tanpa kekerasan, tetapi mengedepankan akhlak mulia.
Ayat di atas juga menjelaskan perlunya menghargai perbedaan dan toleransi. Cara menghargai perbedaan dan toleransi antara lain tidak mengganggu aktivitas keagamaan orang lain. Rasulullah saw. bersabda:


Artinya: 
Dari Ibn Umar ra. Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Sebaik- baik sahabat di sisi Allah Swt. adalah yang paling baik di antara mereka terhadap sesama saudaranya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah Swt. adalah yang paling baik di antara mereka terhadap tetangganya.” (H.R. Attirmizi)

Secara garis besar, ada beberapa macam perbedaan yang terjadi dalam urusan kehidupan manusia sebagai makhluk hidup dan hamba Allah swt:

1. Perbedaan Ushuliyah (prinsipil).

Perbedaan inilah yang menghasilkan perbedaan keyakinan atau agama. Untuk masalah ini, Allah mengutus para nabi dan rasul untuk meluruskan keyakinan yang tidak sesuai dengan ajaran tauhid.

2. Perbedaan pada masalah Furu'iyyah (cabang).

Perbedaan ini muncul pada masalah-masalah yang tidak prinsip dan hanya berbeda dalam tataran metode penerapannya saja. Perbedaan apapun yang muncul dalam masalah ini harus disikapi secara arif dan tidak menggunakan kekerasan ketika terjadi perselisihan pendapat. Rasulullah saw menyikapi perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan sahabat dengan memberikan pembenaran pada masing-masing pihak selama masalahnya hanya furu'iyah. Misalnya perbedaan antara dua kelompok sahabat yang diutus ke Bani Quraidhah. Salah satu di antara mereka menunaikan salat Asar di tengah perjalanan dan yang lain menunaikan salat menunggu sampai tiba di tempat tujuan, yakni setelah lewat waktu Asar. Begitu juga sikap Nabi terhadap dua sahabat yang berbeda pendapat tentang salat dengan tayammum karena tidak ada air, kemudian sebelum habis waktu salat, mendapati air. Ada yang mengulang salatnya dan ada yang tidak mengulang. Kedua perilaku sahabat sama-sama dibenarkan oleh Rasulullah saw. Demikianlah ajaran Islam mengajarkan bagaimana menyikapi adanya perbedaan pendapat.

B. Menghindari Diri dari Perilaku Tindak Kekerasan

Manusia dianugerahi oleh Allah Swt. berupa nafsu. Dengan nafsu tersebut, manusia dapat merasakan benci dan cinta. Dengannya pula manusia bisa melakukan persahabatan dan permusuhan. Dengannya pula manusia bisa mencapai kebahagiaan ataupun kesengsaraan. Hanya nafsu yang telah berhasil dijinakkan oleh akal saja yang akan mampu menghantarkan manusia kepada kemuliaan. Namun sebaliknya, jika nafsu di luar kendali akal, niscaya akan menjerumuskan manusia ke dalam jurang kesengsaraan dan kehinaan.

Permusuhan berasal dari rasa benci yang dimiliki oleh setiap manusia. Sebagaimana cinta, benci pun berasal dari nafsu yang harus bertumpu di atas pondasi akal. Permusuhan di antara manusia terkadang karena kedengkian pada hal­hal duniawi seperti pada kasus Qabil dan Habil ataupun pada kisah Nabi Yusuf as. dan saudara­saudaranya. Terkadang pula permusuhan dikarenakan dasar ideologi dan keyakinan yang berbeda.
Akhir-­akhir ini sering sekali tindak kekerasan disebabkan oleh pemahaman dan keyakinan yang berbeda. Karena perbedaan keyakinan dan pemahaman, banyak orang yang menghujat dan berakhir dengan kekerasan.

Islam melarang perilaku kekerasan terhadap siapa pun. Allah Swt. berfirman:

Artinya: 
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa ba-rangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain (qisas), atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya rasul-rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan- keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” (Q.S. al-Ma’idah/5: 32)

Penerapan Hukum Tajwid


Arti Kata/Kalimat

dari sebab itu, demikian

مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ

Kami tetapkan

كَتَبْنَا

atas

عَلَىٰ

Bani Israil

بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ

bahwa dia

أَنَّهُ

siapa

مَنْ

ia membunuh

قَتَلَ

jiwa, seorang

نَفْسًا

tanpa

بِغَيْرِ

jiwa, seseorang

نَفْسٍ

atau membuat kerusakan

أَوْ فَسَادٍ

di bumi

فِي الْأَرْضِ

maka seakan-akan

فَكَأَنَّمَا

ia membunuh

قَتَلَ

manusia

النَّاسَ

seluruhnya

جَمِيعًا

dan siapa

وَ مَنْ

menghidupkannya

أَحْيَاهَا

maka seakan-akan

فَكَأَنَّمَا

ia menghidupkan

أَحْيَا

manusia

النَّاسَ

seluruhnya

جَمِيعًا

dan sungguh

وَ لَقَدْ

telah datang kepada mereka

جَاءَتْهُمْ

rasul-rasul Kami

رُسُلُنَا

dengan keterangan-keterangan

بِالْبَيِّنَاتِ

kemudian

ثُمَّ

Sesungguhnya banyak dari mereka

إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ

setelah

بَعْدَ

itu, demikian

ذَٰلِكَ

di bumi

فِي الْأَرْضِ

benar-benar orang-orang yang melampaui batas

لَمُسْرِفُونَ

Isi Kandungan Surat Al Maidah Ayat 32

Berikut ini isi kandungan surat Al Maidah Ayat 32 yang dapat di uraikan: 

  1. Membunuh merupakan dosa besar. Membunuh satu orang tanpa alasan yang dibenarkan, seakan-akan membunuh manusia seluruhnya.
  2. Memelihara nyawa manusia berpahala besar. Memelihara satu nyawa seakan-akan memelihara kehidupan manusia seluruhnya.
  3. Surat Al Maidah ayat 32 ini menunjukkan bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga kehidupan dan menjauhi tindak kekerasan.
  4. Allah telah mengutus para Rasul dengan membawa keterangan yang jelas, termasuk mengajarkan untuk menjaga kehidupan dan memperingatkan agar menjauhi tindak kejahatan.
  5. Banyak di antara Bani Israil yang melampaui batas, meskipun mereka telah mengetahui keterangan yang jelas dari Rasul yang mendakwahi mereka.
  6. Ayat ini juga berisi hinaan dan kecaman atas Bani Israel yang suka melampaui batas, melakukan pelanggaran dan sering membunuh tanpa sebab yang dibenarkan.

          No comments:

          Post a Comment

          "tanda-tanda manusia berakhlak baik adalah dengan berkata santun"